Friday, December 1, 2017

4

Coco - Review


Remember me, though I have to say goodbye—Remember me, don't let it make you cry—For even if I'm far away, I hold you in my heart


Doktrin Disney and Pixar dimulai dari anak-anak adalah salah satu keistimewaan luar biasa, I’m seriously felt that. Loving something that makes you overwhelm is just exciting. Masa-masa Toy Story, Up, Tangled (even just Disney), Inside Out, dan sekarang Coco—betapa bahagianya anak-anak 90’an yang sudah beranjak tua ini disuguhkan moral-moral baru yang selalu bikin mesmerizing.


Dan saat ini adalah masa-masa exciting dengan COCO!


Coco dibuka dengan narasi dari Miguel—pemeran utama kita—tentang latar belakang keluarganya yang memusuhi musik dan menjadi konflik di kala Miguel malah sangat amat mencintai musik yang terinspirasi dari idolanya yaitu Ernesto de la Cruz. Pada saat perayaan Dia de los Muertos, Miguel nekat mencuri gitar milik Ernesto de la Cruz dan berakhir di alam baka di hari festival Day of the Dead. Untuk kembali, ia harus meminta restu dari keluarganya, pada saat inilah adventure pencarian kebenaran tentang keluarganya terungkap.



Mengambil latar Mexico pada hari festival Day of the Dead memang bukan pertama kali diangkat. Ada Book of Life (2014) yang mengambil latar hari tersebut juga. Tapi keduanya memiliki storyline yang sama sekali berbeda. Terlihat dari potongan statement Lee Unkrich pada saat menggarap Toy Story 9 tahun silam ketika ditanya apa project terbarunya: “One of them was the notion of telling a story set against the Mexican tradition of Dia de Muertos [Day of the Dead]. I’d always been interested in the celebration, mostly through the folk art and iconography of the tradition,”



Konten Coco memang sangat detail dengan visual yang luar biasa. Dialog mix antara Mexican-Latino-American adalah pencapaian luar biasa oleh para pengisi suara Coco. Visual kelopak bunga marigold sebagai jembatan para arwah dari alam baka ke alam manusia sangat cantik dan dante—sebagai binatang penuntun di alam baka absolutely an amazing idea. Pesan yang ingin disampaikan juga membuat hati kita berdesir ketika mengingat bahwa orang-orang yang sudah meninggal juga ingin diingat, ingin di pasang fotonya sebagai tanda walau mereka tidak ada di dunia tapi orang-orang masih mengingat kenangan mereka di dunia. Seperti ketakutan semua orang “Fears to be forgotten”.





Overall, saya masih merasa overwhelming dengan Coco dan sepertinya bapernya akan last for a week like always. Thank you for make such an amazing movie, Disney—Pixar.

4 comments:

  1. :( paragraf terakhirnya..."fears to be forgotten"...makasi gio, ku senang baca reviewnya deh jadi pengen nonton Coco

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih kadisa atas feedbacknya. nonton dong, ajak mbah, umi, mbayu, salsa nya. dijamin nangis :)

      Delete
  2. yang belum nonton ayu buruan tonton film nya!!! recomended bangeetttt. jan lupa siapin tisu yaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setujuuuu. Terima Kasih Mba Mega, atas feedback nya!

      Delete