Thursday, March 7, 2019

0

Past Tenses of START and FINISH

I just hit the intermezzo with five paragraph. Shit. So sorry, I am very good on writings so unimportant things.

We are back on some recap!

So, I’ve been dealing with starting a whole new thing OR finishing up some scratch which messed up for a long time ago. It could be my undergraduate thesis, some writings, or just a simple as a movie.

The struggling of starting and finishing did hit me a very hard. There must be an action for all those things worked. I hate myself for not doing at all but in the same way, playing sugar crush is all I always do all day beside scrolling on social media. I know I should take a grip to start or finishing something up. So here I am, after a little chit-chat with my grandma then brunch with a good soup followed by me setting up a pose as comfortable as I could in front of my laptop to actually doing something. But, just look at me writing this on the afternoon while asking myself why end up to get a mood writing a bullshit like this.

Meanwhile if I sees it with more a positivity, it is a little bit step of resolution of me using and tried to work this brain more productive and passionate again.

So, for the intermezzo. I’ve been finishing some movies which I rarely do for awhile because the mood of not finishing is just catching my ego to not keep to continue. I’ve finished some light movie like Isn’t It Romantic (2019), Rebel Wilson is beautiful, I adore her eyes and lips. It looks had a persona and I just realized it after watched her number one movie as a first lead. Then I watched Instant Family (2018), slow paced, a little bit comedy but a lot of ‘patient’ thing and reminds me how hard to take a responsibility for another human being called kids.

Another time, I’ve watched Antologi Rasa (2019) in cinema because I think I need some love energy that I crave so much (not really exactly), it’s good, it’s slow, the acting doesn’t really impress me and it is cringe a lot, not on the whole area but the cinematography so OK, mesmerizing.

Also watch Indonesian movie called Love for Sale (2018) and got surprised with the ingredients on it. I felt like watching someone who related to people that usually we known. Premises on point with ending just doing right.

After that I’ve watched Shallow Hal (2001), movie that I want to see badly for a long time but overshadowed by ‘not in the mood’. Kind of made me think it twice because the message doesn’t go well with the storyline. I don’t know what it should too, because… I don’t believe for a minute there’s a psychologist like in the movie that can do that ‘thing’ but I did believe some people still looking for inner beauty as we speak even the outer sometimes speak itself.

While on series, I stuck on the couple episodes of Netflix's The Umbrella Academy, it’s maybe good but I am not in the mood for a doomsday. On Korean variety show, I following I Live Alone and Running Man every week as always, lately watch Coffee Friends but end up starving so I stopped watched it because I don’t want over-eating these days. And for drama, I am excited to wait another week for Touch Your Heart (Lee Dong Wook  Yo In Na) a great pairs. Even full of cringe ‘thing’ but I miraculously don’t mind at all. Yeh… just called me a Bucin. Ck. Ck.

I just hit the intermezzo with five paragraph. Shit. So sorry, I am very good on writings so unimportant things.

Well, talking about started and finished (I really hope it could be a past tense) but what I could do when I just about to starting to finishing something. You need to pushing yourself, really really hard if you are kind same as my characters is. And the top of that just don’t follow your ego or as a simple as you called fucking mood. Because there is not going to be a fucking will if you always choice ‘later’. Take a grip people. I will pray for your brain to forget what laziness is and please pray for me to actually started or finished something, anything especially this responsibility to graduate. Good luck.




Wednesday, March 6, 2019

2

about me who still grieving.

Wish the three of mine nailed it like the two of them did it.

Setelah menjalani berbagai takdir hidup khususnya yang berkaitan dengan orang paling penting bagi keeksistensian gue di dunia ini, maka gue merasa perlu aja dan seperti ada tanggung jawab sosial juga untuk memberitahukan kisah yang mungkin banyak yang bolong-bolong ini.

So many of you, including me. Beberapa udah pernah merasakan fase merawat orang tua yang sakit. Ada beberapa mungkin yang belom terjun langsung ke kondisi ini. Namun semua cerita pasti berbeda, tapi ini cerita gue.

Gue itu anak bungsu dari 3 bersaudara, cewek semua masing-masing beda selisih 5 tahun dan 7 tahun. Gue yang masih anak kuliahan ini akhirnya menjadi anak paling di sayang sama mama dan papi gue selama 3 tahun terakhir karena yah… tinggal kita bertiga yang nempatin rumah. Kakak gue yang pertama udah nikah dan kakak gue yang kedua ngekos dekat tempat kerjanya.

Dari dulu gue percaya bahwa gue adalah anak beruntung yang bisa hidup sederhana ditengah kehangatan keluarga. Walau tentu saja banyak banget masalah keluarga yang typically keluarga-keluarga pernah merasakannya, tapi gue merasa bahwa gue fine-fine aja. Namun ada sesuatu yang gue sadari saat melihat ke masa-masa itu, kurangnya adalah minus bersyukur. Ada beberapa sifat jelek gue yang menjadi kebiasaan ketika kurang bersyukur itu terjadi, cara gue memandang orang-orang disekitar, negative thinking, especially pada diri gue sendiri.

Ketika Allah tahu bahwa itu mungkin udah kelewatan, Dia menegur gue dengan teguran-teguran yang dimulai dengan bokap gue sakit. Setelah pulang dinas dari Medan, bokap gue kesehatannya udah mulai turun. Ditempatkan kembali di Jakarta dengan tiap hari rela naik KRL karena udah engga kuat macet-macetan bawa mobil tua ke kantor. Katanya, “Gapapa enak naik KRL, sekalian bisa sekalian jalan kaki juga.” Tadinya gue pikir itu bagus juga yakan untuk bisa nyambi olahraga juga. Pulang dari kantor, sekitar abis isya, setelah mandi, makan, nonton tv, bokap gue pergi lagi buat jemput nyokap gue yang kebetulan punya usaha salon di Depok. Emang sih naik mobil namun tetap saja capek dari kantor trus injek-injek kopling lagi. Sebenernya nyokap gue juga bisa naek grab/gojek, wong kalau berangkat dari rumah selalu begitu tapi yaaa emang dasar bokap gue bucin jadilah jemput mama tiap hari walaupun capek. Yang selalu gue inget adalah setiap kali matiin tv, ambil kunci mobil, trus sebelum berangkat papi gue bakalan selalu manggil. “Pan… Pan… mau dibeliin apaan entar?”. Seriously itu kata-kata paling sederhana tapi makna sayangnya sama seperi ‘aku cinta kamu’. Gue, dengan kepribadian selalu ngerepotin orang selalu jawab “Ketoprak dong” atau engga “Nasi uduk aja” atau “Martabak ketan item”

Dengan aktivitas rutin seperti itu, tentulah bokap gue pada akhirnya tumbang juga, dari sakit-sakit masuk angin biasa sampai sakit berhari-hari terus pergi ke dokter hingga pada akhirnya suatu pagi mama panik manggil gue untuk bantuin bokap yang lagi lemes di kamar mandi. Gue langsung lari menuju kamar mandi dan langsung ikutan lemes ngeliat bercak-bercak darah di lantai kamar mandi. Tekstur itu darah tuh kaya ati ampela yang masih mentah terus dibejek-bejek gitu dan jumlahnya bisa ngisi satu perlima ember item yang kecil dan semua itu keluar dari mulut bokap gue. Setelah pakein bokap gue baju, panggil grabcar, kita langsung ke rumah sakit tapi sebelum itu gue dengan tegarnya sambil gemeteran nyiremin itu darah sambil nahan nangis. Keterangan tambahan, darah yang brejel-brejel itu sama sekali engga bau amis atau tipikal bau darah pada umumnya. Baunya kaya Mylanta, dan kemudian gue ketahui, itu darah munculnya dari lambung atau hati kalau gasalah makanya relate sama Mylanta. Entah.

Mulai dari situ bokap gue baikan-sakit-baikan-kerja-sakit lagi-baikan dikit- dan pada akhirnya kritis. Di rumah sakit udah masuk ICCU, terus baikan terus dibawa ke kamar biasa dan pada akhirnya masuk ICU lagi.

Di masa-masa awal sakitnya bokap gue, nyokap bertindak sebagai satu tingkat di atas wonderwoman yang biasa gue kenal. Tegarnya bukan main, sigapnya apalagi, ngurus ini itu lanjut. Tapi di akhir-akhir, nyokap juga sempet tumbang dan akhirnya masuk RS, bokap gue dengan masih sakitnya tetep jagain nyokap gue. Gue merasa dia gaenakan kali ya pas bokap lagi sakit nyokap gue fight banget, masa pas istrinya sakit dia gabisa jagain walau sakitnya udah mendingan (dikit doang tapi). Bokap gue dengan mendingan yang masih sedikit rela tidur dilantai rumah sakit demi nemenin nyokap yang kalo lagi sakit cerewetnya tambah-tambah. Tapi, emang udah dasar bucin yang kata gue tadi, tetep aja mereka saling menjaga.

Udah dengan sakit yang ganti-gantian itu, nyokap yang sakitnya masih kebawa dan belum juga baikan dan harus baikan karena harus nungguin bokap yang sakit lagi. Akhirnya untuk memutus sakit ganti-gantian ini, Allah manggil papi.

Mama shock, tapi berusaha tegar di awal-awal setelah ditinggal bokap. Kakak gue yang kedua gue suruh balik untuk tinggal dirumah, keponakan gue suruh pada kerumah buat temenin nyokap. Namun tetap saja, mama yang tadinya fine-fine aja, selama sebulan ditinggal mulai sakit-sakitan kemudian, melanjutkan sakit yang udah di tahan-tahannya sewaktu lagi urusin bokap dan pikiran dari berbagai masalah juga sebenernya sih.

Waktu ngurusin nyokap, gue udah di bawah banget. Kurang semuanya pokoknya mulai dari semangat, percaya diri, kepercayaan ke Allah dan kerjaannya nangis mulu karena gatau apa yang harus dilakuin melihat pelindung gue malah ga berdaya kaya gitu. Gue ogah inget masa-masa itu lagi intinya gue juga bingung kenapa bisa ada di sini melewati itu semua dan nulis cerita ini untuk para orang yang membutuhkan.

Selisih papi sama mama meninggal kurang lebih 4 bulan. Papi di November dan mama Maret 2017. Gue harap sih mereka ketemu di sana, jagain anak-anaknya yang lagi butuh banget guide dari mereka. Ikhlas itu susah, grieving apalagi, sampai sekarang, gue sering banget down gara-gara mereka gaada dan gue juga gabisa ngeluarin kata-kata untuk bilang “You can now without them.” Karena apa ya… grieving itu selalu muncul tiba-tiba dan intensitasnya juga macem-macem dan ketika itu datang, segala perasaan campur aduk ada didalam diri gue yang capek dan bertanya-tanya kapan semua ini berenti. Tapi di lain sisi gue gabisa selalu dikuasai perasaan grieving macam itu, walaupun Doa hanya satu-satunya jalan keluar, tapi ulangi terus aja sampe lo merasa bakalan baikan. Nangis, doa, keingetan macem-macem bakalan capek dan nguras jiwa raga banget emang, jadi yah… gue juga masih belum ketemu solusi untuk mengurangi perasaan macam itu. Pada akhirnya malah harus kalah dengan perasaan diri sendiri.

Gue gapunya sama sekali how to mengurus orang tua atau bahkan keluarga yang sakit. Karena gue merasa walaupun udah menjalankan hal itu lebih dari yang bisa gue bayangin bahwa gue bisa, gue pun gabakalan excel dibidang itu karena gue bukan ahlinya. Itu adalah nature nya manusia untuk saling merawat satu sama lain, maka dari itu cinta dan ketulusan perlu banget ada dikehidupan kita khususnya jika ada di kondisi seperti itu. Terakhir, jika dihadapkan pada kondisi tersebut, yang bisa gue bilang hanya kalimat ini “Lakukanlah seperti orang baik melakukannya.”

Friday, February 15, 2019

0

Run out.

Mau berharap apa? Wong jalan kami aja udah terlanjur jauh-jauhan tanpa ada kesempatan bisa lagi bersilangan.

Kebiasaan gue sebelum merem niat buat tidur adalah membuka memo di hp sambil mikirin apa yang harus gue tulis. Itu kursor bakalan kedap kedip seiring dengan kunci otomatis hp yang mungkin sekitaran 5 menit akan mati sendiri karena gue tinggal lelap.

Di tengah pemikiran yang belum sempat gue tulis itu gue mikir (?). Merasa ga sih kalau kita tuh hidup dibawah sesuatu yang mengharuskan kita untuk mencerminkan sesuatu pada orang-orang di luar sana? We all lived by CODE. Menunjukkan hal-hal yang menurut kita cool, edgy, kepada orang lain untuk membentuk presepsi mereka tentang kita. Dan jika keterusan: it's all about me-- you? didn't matter.

Gue serem banget jika secara perlahan gue akan menjadi orang seperti itu. Fokus pada diri sendiri yang berbanding terbalik dengan tujuan gue hidup: jadi orang baik dan kaya. Hahaha

Gue juga takut sibuk maju sendiri tanpa mikirin orang-orang disekitar gue dan gue gatau gue harus takut dan gausah ngejalaninnya atau lanjut dan terus jalan.

Individu kayak gue ga pernah punya jawaban tepat kaya pilihan ganda. Hidup gue itu ibarat essay, walaupun ada teorinya, tetep aja nilai yang dikasih guru adalah hasilnya.

Berbicara tentang essay, beberapa hari lalu hingga sekarang gue lagi keingetan dan malah memikirkan untuk nyamperin seorang 'orang' ini. Tapi gue ga punya alasan yang tepat buat datang kesana. Silaturahmi setelah bertahun-tahun? NO. Tetep, harga diri gue menganggap alasan itu masih rancu banget. Lagipula, perlu adanya persiapan khusus saat bertemu dengan orang ini, bukan hanya hati yang harus dipersiapkan, tapi gue merasa belum sanggup secara physically. Dan lagi lagi gue selalu memikirkan kalau udah ketemu lalu apa lagi? Mau berharap apa? Wong jalan kami aja  udah terlanjur jauh-jauhan tanpa ada kesempatan bisa labersilangan.


Saturday, February 9, 2019

0

Let’s talking about you guys. Not me.

 plus (+) bunch of movie list-review about friendship


Bestfriends.

Yep. That’s it. A common term for us based on point of view whose belongs to everyone.

You are someone’s bestfriend. I am youre one of bestfriends. Everyone wants to be friends with cool kids. Girls or boys on the corner might be have The Best-Friends-Ever. Bestfriend becomes family. Friends could turn out to be an enemy. Rival could end up became friends. Partners being aparts because lack of friendship. And the most evolving relation of friendship is LOVE. Bestfriend are the lover OR the lover naturally become your bestfriend.

So many scenario in this world to describe that beauty of million little things about human. To make this interesting, let’s seek a type of bestfriend’s characters and what kind are you might be. Not totally hundred percent true, but let’s do the fun, here we go:

I’ve made some research, kind of remembering hard what behavior that my friends would do on certain situations but it turns out I just define it with characters on movie. Yeah, sorry, talking about movies again I know you must be rolling your eyes right now if I’m not mistaken.

Just so you know, characters in movie was made with unbelievable thoughts how the characters must stick to the story. So many questionable behavior on characters just to make the story works and kept the timeline interesting. But I tried to put up an acceptable behavior if it happens in our live just make sure it click with your common sense.

First category is Cool Friendship. A relation between you and your bestfriend which on above average of understanding each other. In this level, cool friendship is the one that can we relate in real live. Having fun, hangout, exchange story, made some foolish decisions together, doing other cool stuff until time makes you and them realize this finally had to stop. And to relate who is this kind of cool friend that you might be visualizing, here’s some of the list:

Lady Bird (2017)

They looking at the dream house, after school. Wondering had those house and inviting their friends to play over. I've kind those mind too...
Julie is ‘that’ bestfriend almost in every movie. She become the one and only besfriend that main characters have. Speaking of Julie, She reminds me of Eleanor from Eleanor and Park Novel. Despites all the bad things which happened with Eleanor, Julie’s vibe reminding me to think about what should bestfriend do when her/him life is not to supporting the main characters? Don’t we all have opportunity to be a main character in our own life? Or let anyone come in despair to take all the spotlight? Hm.

And then in Spiderman: Homecoming (2017)

Ned like always look up to Peter, not in negative way but in how to handle things 'way'. They made a good pair of partner and so do bestfriend.
We have Ned! Another bestfriends characters that we all love because of his jokes and gestures that catching a big laugh. He typically a good listener and a good diversion in the story. Next is friendship between Susie & Midge in The Marvelous Mrs. Maisel (2017-) seriously don’t doubt women friendship with additional as a manager or partner. They make a marvelous combination on screen, because Susie’s professionalism was beyond everything and really funny. She is like a cold women buddy as an outer but lukewarm as spring in the heart. Then we have Noah & Avery’s friendship in When We First Met (2018), yes… if you destined to be a friend. Done. So be it, don’t compel it! Last… the one I like lately is Eric from Sex Education (2019-) sweet sweet friend. Just sweet. I read a tweet about how matter Eric in this series and how everyone wants have friends like him, so I think his characters did it. Very a good performance by Ncuti Gatwa (Is that right?)

Midge (left), Susie (right). Full time mom and stand-up comedian making friends to tomboyish bar manager. This show have a best storyline!

Avery & Noah. Leave them in the place which it used to be! Spoiler alert! They didn't end up together, and that's the great ending as it is!

What should I say in except they're beautiful!

Then, Second category is Friend eat Friend (?) (re: temen makan temen) or friend who stabbed you in the back. They actually have a complicated friendship, many factors made this kind of relations. Maybe it happened depends on how their personality or condition which made they doing it. In Indonesia, this category familiar with ‘stealing friend’s lover’ phenomenon, so the one who did those end up with so much negativity. If we recall to the movie, maybe Something Borrowed (2011) could be a reference, it’s so wrong in so many direction, but still the movie became my top ten because there’s John Krasinski on it. Sorry about the picture, can’t choosing wisely.

Rachel and Ethan. I can't stop judging how they behaving on affair issue. Rachel kind of the 'bad' and the 'good' girl at the same time. And Ethan? Like The Watchers

This called a real talk to talk between you and your bestfriend. 

When Ethan about to telling the affair between ... and ...
You should watch this movie if you like John Krasinski like the way I am.

Just cute. Btw, Kate Hudson kind of annoying in here, a little bit less if youre watching her in GLEE. 

For notes, friends who stabbed you in the back not only about who stealing who. It’s about trust on someone’s life. I just remembered how Billy Russo—spoiler alert for you who haven’t watched Marvel’s The Punisher (2017-)—flipping a whole thing around him to get something that definitely he doesn’t have. Self control.

Prince Caspian evolving to become a villain. Thumbs up for the acting 👍👍

Kurangin dikit jahat-nya ah akang. Aku takut. Halah

Ganti bahasa aja lah yuk. Capek gue Ngenglish mulu. Maaf ya atas kelabilan bahasa dalam artikel ini. Tadinya mau bikin yang serius-serius tentang friendship, tapi apalah daya malah melalang buana ngomongin film-film yang berisi macam-macam persahabatan (asique). Sekarang udah malem banget dan otak gue lagi males mikir. Bukan itu juga sih alasannya, kemampuan bilingual gue aja yang masih dibawah rata-rata. Jadi, gapapa kan ya ganti bahasa? Maaf-maaf.

Okeh, lanjut ke Kategori Ketiga. Friendship that makes you say "Awww" (tuh kan English lagi). Iya maaf, soalnya outline nya ditulis begitu. Tapi-tapi kalo di Bahasa Indonesia-kan jadi gaenak masa artinya jadi: Persahabatan yang membuat kamu berkata “Awww”. Cheesy banget kan? Astaga, urusan bahasa ini membuatku semakin bingung saja.

Hmmm. Persahabatan yang membuat kamu berkata “Awww” mungkin jarang keliatan dikehidupan sekitar kita tapi pasti ADA dan mungkin terjadi di dunia ini. Biasa nya sih cerita-cerita wow gini bisa anda dapatkan di medsos kaya thread twitter, captions instagram, atau bahkan artikel LINE Today yang semua judulnya clickbait yang maksain abis (tapi tetep aja bikin gue penasaran wkwk), tapi menurut gue, persahabatan macam ini walaupun ada di kehidupan nyata lebih baik di rekayasa menjadi sebuah karya agar kita bisa mengambil maknanya. Contoh film nya seperti…

Wreck it Ralph (2012) & Ralph Breaks the Internet (2018)

Ralph badan gede tapi hatinya adem ayem...

Jadi, pada saat nonton Ralph Breaks the Internet di bioskop, gue kan bareng sama sahabat gue ya, nah dia itu the one and only banget deh, jadi yang tadinya gue kalo nonton bioskop selalu diem, meneng, dan terlihat cool saat menikmati film, ternyata keluarlah setitik air mata setelah si Penelope meyakinkan virusnya Ralph yang gedenya minta ampun itu bahwa dia bakalan tetep sahabatan dan ga akan ninggalin Ralph. Disitu gue nyadar, oh iya ya, sebagai sahabat apa hak kita untuk melarang mereka untuk melakukan sesuatu yang emang calling-nya dia? Malah kewajiban kita adalah untuk meyakinkan mereka untuk terus jalan. Deg. Sebegitu sayangnya si Ralph sama Penelope dan begitu juga sebaliknya. Kalian luar biasah.

Ada lagi nih referensi tipe persahabatan di film yang membuat kamu tidak hanya berkata “Awww” tapi juga sekalian seka-seka pipi dengan gentle saat menonton… Toy Story 1 2 3

Duh kebalik. Gapapalah. Lanjut!

Jangan di tanya lagi lah ya kalo sudah menyangkut persahabatan Woody dkk. Love them!. Jadi, jika kalian belum menangis saat mendengar lagu When She Loved Me dan kejer saat membaca subtitle “So Long, partner” kalian mungkin belum menyadari arti sahabat. Hahah.

Lalu gue juga menyelipkan persahabatan Rapunzel dan Pascal dalam Tangled (2010). Mereka bukan hanya sebatas peliharaan dan majikan (?) tapi mereka ada satu sama lain. Hubungan mereka juga berdua di explore lebih jauh lagi di Tangled The Series.  

Si Pascal mukanya mirip manusia siapa yaaa? Gue yakin pernah liat titisan Pascal, serius ini gak bercanda.

Selain buatan Disney, ada film yang bikin gue salut  dengan mencoba bersahabat sekaligus menerima serta menghargai, semua itu terangkum di dalam Wonder (2017)Si Auggie dan Jack Will lucu unyu, Via sama Miranda juga mencerminkan persahabatan yang ceritanya kadang kejadian, yaitu karena keiirian. Selain itu kesportifan orangtuanya Auggie yang bikin hubungan mereka satu sama lain penuh dengan rasa cinta (so sorry again for the ewh sentence)

Aku tersenyum haru melihat mereka kompak!

Julia Roberts aja nangis pas Auggie bilang dia punya temen. Apalagi gue sebagai tante-tante

Alhamdulillah, di Amrik masih banyak bocah-bocah seperti mereka. Jangan ngikutin abang-abang dan mpok-mpok di 13 Reasons Why ya dek.

Asik banget ini keluarga + Miranda


Trus ada film-film dengan resep SAHABAT jadi CINTA – Friendship then Love. Ududu… film dengan ramuan kayak gini udah terlalu banyak, apalagi di Indonesia yang mungkin pemainnya yang pernah muncul, muncul lagi di film beda judul, cuma ganti nama sama Negara doang dan begitu seterusnya wkek. Tapi bukan film Indonesia, film Hollywood juga banyak yang mengangkat cerita seperti ini, yah pokoknya udah biasa lah ya. Tapi teuteup untuk para hati bucin ini, kita akan selalu 
nonton dan berkata awww pada akhirnya.

Biasanya sih sahabat jadi cinta ini udah dimulai dari umur muda-muda kaya Love, Rosie (2014). Dewasa bareng-bareng, jatuh cinta, sakit hati, bego bareng-bareng karena baru nyadar pas tua kalo emang yang dicari itu ya dia. Lucu kadang hidup ya… selanjutnya ada lagi romcom friendship yang gue suka yaitu 13 Going 13 (2004), film-nya Mark Ruffalo yang masih seger, belom ubanan tapi tetep awkward unyu gitu (astagah) di sini mereka lompat, dari remaja nanggung langsung ke dewasa, sulit untuk dimengerti namun dua-duanya literally orang baik makanya gue jadi suka.
Karena film lama, jadi cut off scene nya dikit. Padahal mau posting yang mereka lagi main ayunan trus jatoh trus teringat akan masa lalu. Hasiikkk

Lalu ada Jacob dan Bella, yang sudah pasti kalian mereka dari dunia per-vampire-an mana – The Twilight Saga. Walaupun gue selalu ada di #TeamEdward, tapi boleh juga nih ide si Bella untuk mencari peralihan ke brondong cokelat pada saat sakit hati ditinggal vampire mulus nan rahang tajam. Hahaha engga, engga. Yang gue ambil di sini adalah emang tidak semudah itu cinta sama dua makhluk sekaligus, manusia bisa berusaha adil, tapi gabisa sama-sama imbang, ada aja berat sebelahnya, selalu. Camkan itu para kaum 2,3,4 itu boleh-asalkan-adil.

L-A-N-J-U-T-!

Sungguh, kategori ini banyak syekali. Mungkin di atas gue bikinin tabel aja kali ya biar pada bisa tau, tapi ga gue review semua. Buat references aja maybe. Udah masuk ke kategori 5, mungkin kita berubah ke arah yang serius yah… jadi ada Adult Friendship. Disini hubungan mereka adalah di tahap sama-sama dewasa, percakapannya ya tentang kehidupan, terus juga ada yang rela melindungi sahabatnya satu sama lain.

Film yang mencerminkan percakapan-percakapan yang okeh dan ga bikin sakit kepala adalah The Holiday (2006) my all-time favourite. Entah berapa kali gue nonton ini dan yang bisa gue simpulkan adalah kecantikan Kate Winslet tiada tara. Gue suka karakter si Kate Winslet sama Jack Black beneran kaya orang yang baru ketemu terus tiba-tiba klik udah gitu jadi temen ngobrol. Meet cute istilahnya. Banyak lah quotes-quotes ashoy dari ini film. 

Meet cute. Komposer sama editor. Job dream couple (for me).

Nah beda lagi nih adult friendship-nya Matt Murdock di Netflix’s Marvel Series Daradevil. Walaupun si Murdock suka kerja, ucuk-ucuk, tinju-tinju, berdarah-darah sendiri, tapi dia usaha banget ngelindungin orang-orang di Devil’s Kitchen apalagi sahabatnya, Foggy sama Karen. Padahal mereka juga ashiap ngebantu, nah saling ngebantu dan menjaga nyawa masing-masing ini yang bikin gue suka.

Cakep banget emang ini series.

Kalo udah nyatu, pinternya keluar semua.

Dua kategori terkahir, tadinya gue males bikin kategori ini, tapi ya gimana, ga semua persahabatan itu enak-enak aja. Jadi kategori yang keenam adalah Bikin Pusing’s Friendship. Semua film yang berbau comedy selalu mengangkat pertemanan dengan segala keriwehan dan ke-tidak-masuk-akalan-nya ya di film comedy Amrik. Pertama ada Grown Ups 1 & 2 (2010, 2013)  film nya Adam Sandler haha Lame. Tapi dia tetep lucu please don’t hate him. Ceritanya ini mereka kan anggota basket pas Zaman SMA, eh pelatihnya meninggal, jadilah mereka ngumpul yang kini udah pada punya keluarga masing-masing. Berlatar liburan panas mereka seneng-seneng dengan segala komedi absurd yang ada. Tapi tetep ini lumayan sih ditonton untuk yang suka genre family.

Terus gue juga suka Wedding Ringer (2015), cowok yang ga punya temen, nyewa best-man biar dianggap keren di depan istrinya. Ini film nya Kevin Hart, kocak banget dia serius ini orang suaranya cempreng tapi sok cool. Lanjut ada The Hangover (2009), Bradley Cooper sebelum berubah menjadi cem-ceman Lady Gaga, gue nonton ini gegara lagi suka aja sama Jokes yang barat-baratan gitu padahal ngerti juga engga. Hahooyyy. Ada juga Horrible Bosses (2011), Jason Bateman sama Jennifer Aninston yang gue suka banget di The Switch (2010), agak jorok sih, bagi yang gasuka jokes mengenai bagian-bagian pribadi lebih baik gausah nonton (LAH BERARTI LU SUKA DONG PAN? Hahah tergantung sense jokes gue juga sih, kalo lucu ketawa kalo jijik skip. fiyuh). Trus ada 22 Jump Street (2014), Channing Tatum jadi polisi edon tapi ganteng mencari cara untuk menangkap penjahat bareng Jonah Hill. Biasa, tapi lucu. Last ada Bridesmaids (2011). Riweuh gue nonton ini tapi teteup, cewek-cewek kalo mau nikahan yang ribet ya temen-temennya yee. Hm, kalo disinggung dengan friendship, film-film komedi ini menyuguhkan segila-gilanya kalian di mata sahabat sendiri dan biasanya solidaritas mereka juga kuat banget karena yaaa itu, berani ambil resiko bareng-bareng.

The Wedding Ringer pas mereka tempur football sama kakek-kakek.

The Hangover ya... udah pasti tentang mabok mabokan.

Horrible Bosses. Angkat tangan semua! Bos-bos nya nyebelin sangat.

22 Jump Street, fine jokes, excellent friendship.
Ini juga macem pertarungan ciwi-ciwi nemperebutkan gelar bridemaids yang paling tinggi harkatnya

TERAKHIR MAMEN… INI BENERAN KATEGORI TERAKHIR! DAN SPECIAL BANGET!

Kategori 7: Friendship’s Value

Pada kategori ini gue menganggap bahwa film-film ini berhasil memberi makna pada friendship itu sendiri. Mau itu sayangnya, cintanya, solidnya, kebersamaannya, saling dukungnya, saling bantunya, pokoknya yang bikin “kalo ga ada mereka mungkin jadi orang yang bukan kaya gue yang sekarang”. Yang pertama ada: Flipped (2010)! Hahaha bias banget ya? No no no. gue ngeliat film ini nyeritain friendship sesimpel itu. Julianna yang bener-bener mau approach duluan ke Bryce pas baru banget ketemu itu tuh pure banget. Pengen temenan, tapi yang satunya takut-takut eh terus pas dikejar kejar makin takut eh pas dijauhin lah nyariin (?). Hmm. how supposed I describe this muse? Film ini terlalu berharga menurut gue, segalanya perfect dan yang paling gue suka adalah pertemanan Julianna dengan Kakenya Bryce, Chad. Chad ini tipe kakek-kakek sweet yang baik terus merindukan mendiang istrinya gitu jadilah beliau temenan sama Julianna yang secara tidak langsung mengingatkan dia pada istrinya waktu muda dulu. Kalo ditanya, orang pasti punya movie number one-nya dan buat gue Flipped adalah nomer satu itu dan gue lega karena itu film tentang friendship, family, and love. Bukan tentang genre macem-macem yang tak patut ditiru. Apasih.

Pertama, dipegang tangannya mukanya begitu amat.

Saat dia sudah sadar dengan rasa kupu-kupu itu, malah duluan yang megang-megang.

Lalu lalu lalu, gue juga bakalan nyebutin Harry Potter. Ya tentu saja harus disebutkan karena semua bocah yang nonton Harry Potter selalu ingin menjadi bagian trio Harry, jangankan kite yang muggle, bocah-bocah penyihir aja rebutan pengen temenan sama dia. Kalo Harry sama Ron sih udah kaya brothers banget ya, dan kalo Harry ke Harmione itu ya asik aja mereka, Harmione sering khawatiran, si Harry mah selow aja menantang maut sendirian. Kalo Ron ke Harmione dan sebaliknya, pandangan gue terhadap mereka sih ya seperti love then friendship kaya di film-film lain bedanya ini latarnya muggle-wizard (sama aja sih malih). Maybe cuma sekitar 40% sisi friendship di film Harry Potter diperlihatkan, tapi dikarenakan banyaknya fans theory atau tambahan-tambahan story yang gue baca tentang Harry Potter, gue jadi mikir, kesuksesan Harry mengalahkan Voldemort selain modal nekat dan keberanian yaa definitely bantuan temen-temennya.

No caption lah buat mereka.

Masih tentang bocah remaja beranjak dewasa, gue kepikiran sama The Hunger Games Trilogy. Katniss, Peeta, Gale. Rela berkorbannya sih yang patut dipikirkan. Gale jagain keluarga Katniss, Katniss jagain Peeta biar ga mati di Arena, Peeta yang fokus jagain Katniss biar ga diapa-apain sampe kelupaan jagain keluarganya (beneran, gue kasian sama keluarga Peeta yang ga pernah di sorot). Dan di sini gue sadar, semua orang pasti punya temen begimanapun karakternya. Si Katniss aja yang sinis, bodoamatan (bukan berarti ga peka) aja punya temen kaya Gale, udah keker, ganteng, penyanyang keluarga, dan sekarang suami orang.

Mereka kayaknya ga pernah ada scene bertiga yang adem ayem gitu sambil ngobrol tiga arah beneran bertiga gitu, jadinya yaudah Katniss ajalah. Badass young-adult!


Kali ini kita menuju dark place dulu untuk membicarakan film selajutnya yaitu The Perks of Being Wallflower (2012). Cerita kemaren, gue baru aja re-watching 500 days of Summer (2009) kan ya, terus conversation antara kedua karakter utamanya tercipta cuma gara-gara si Summer denger apa yang Tom dengerin dan itu tuh lagunya The Smith. Otak gue langsung recall, The Smith… Asleep… langsunglah gue buka spotify, dengerin, terus merinding. Gils, ini lagi serem banget sumpah, isinya tentang bunuh diri. Dan gue recall lagi, lagu kesukaan Charlie di film ini (re: The Perks of Being Wallflower) kan Asleep ya? Pantesan… pantes! Gue juga pernah baca novelnya dulu tapi agak-agak lupa tapi seru dua hari selesai. (Tumben). Nonton film ini gue jadi tau banyak banget aspek yang mungkin terjadi pada remaja-remaja yang punya keterbatasan dalam melakukan sosialisasi contohnya trauma. Berbeda dengan ansos, si Charlie ini emang pengen banget temenan, ngobrol, dan berbaur tapi kayaknya susahh aja gitu. Pada saat semesta mendukung, kenalan lah Charlie sama Patrick (Ezra Miller) dan Sam (Emma Watson) yang coolz abiez dan tentu saja baik. Ga gampang emang, tapi waktu ngeliat keberanian Charlie untuk deketin mereka dengan malu-malu awkward gitu gue jadi seneng, dan menghargai guts-nya dia untuk nyoba sesuatu. Gue salut banget sih sama kindness si Sam yang bisa aja bikin Charlie terbuka dalam merasakan perasaan yang emang seharusnya wajar dirasakan di umur segitu (sorry berbelit, mau ngomong cinta saya geli).

Dapet C minus gapapah, yang penting ga ngulang yeee. (Ku teringat matkul Bahasa Arabku)

Last but no at last, gue suka banget sama JUNO (2007)! Ini adalah konsep film hamil duluan yang anehnya tanpa nangis Bombay lebay lebay, yeah, Hollywood memang SWAG. Sungguh, ketika Michael Cera (lupa nama karakternya) dateng ke rumah sakit terus ngeliat Juno abis melahirkan, terus pelan-pelan meluk dari belakang tanpa berkata apa-apa, scene itu benar-benar luar biasah! Gue nangis, gue mikir, trus nangis lagi. Narasinya si Juno kira-kira gini “Gue ga perlu ngasih tau (kalo dia lahiran) ke Michael Cera karena gue yakin dia pasti sadar”. Wuaduh. Padahal selama ini gue selalu judge Michael Cera yang udah hamilin anak orang tapi engga ada peka-pekanya. Tapi, melakukan ‘itu’ memang ide nya Juno. Tapi ternyata si Michael Cera ini kan satu band dan sahabatan banget sama Juno dan menjurus pada diem-diem suka, karena masih bocah dia jadi ga berani bilang dan karakter Juno di sini dibuat se-SWAG mungkin dalam menghadapi kehamilan dini jadilah lebih di fokuskan bagaimana Juno menghadapi fenomena-nya. Yang gue salut adalah mereka tidak membuang peran Michael Cera yang punya andil besar terjadinya ‘kecelakaan’ ini, pelan-pelan mereka kasih tahu alasan mengapa Michael Cera cuma tampil dikit, yaaa karena mereka pengen kita tahu kalo remaja-cowok-pertama kali melakukan itu-terus kecelekaan ya gabakalan tau apa yang harus dilakukan yamasa tiba-tiba bertindak ‘aku mau tanggung jawab ayok menikah’. NO! mereka tidak punya culture seperti itu. Yaudah hamil, lahirin, adopsi. Itu adalah hal yang paling humanis yang bisa dipikirkan oleh remaja 16 tahun (kalo gak salah) saat dihadapkan pada macam kehidupan seperti ini.

Aneh, absurd, namun lovely sekali.

Kata Juno, mereka malah jatuh cinta sesudah reproduksi, ga seperti orang-orang lain. Excellent way to fullfil this lyfe, Jun (?)


DAN FINALLY LAST OF LAST MY FRIENDSHIP WITH OTHER PEOPLE. Ya namanya orang pasti kalo dia berada di suatu komunitas pasti relasi itu disebut sebagai pertemanan. Entah temen rumah, temen sekolah (SD,SMP,SMA), temen kuliah, temen grup ini, temen grup ini, temen curhat, temen makan, temen jalan, temen bolos, temen dari segala temen yang pasti ada labelnya bagi semua orang. Kalian punya dan gue juga punya pasti. Entah bagi kalian yang ga suka temenan atau kalian yang menjunjung tinggi pertemanan, orang-orang sebaya ataupun tidak sebaya yang kita kenal dengan occasion tertentu pasti dianggapnya temen.

Yang gue cari dari hubungan ini adalah kebaikan. Serius. Bukan lenjeh. Tapi memang begitu. Niat baik dari gue untuk menjalankan hidup ini dengan ibadah adalah bersilaturahmi dan melakukan kebaikan pada kalian semua dan orang-orang yang mungkin tiba-tiba cluk ketemu seperti abang gojek, abang makanan, bapak-bapak dan ibu-ibu disana yang kebetulan ketemu gue dan perlu ditebarkan kebaikan.

Temenan tanpa niat itu adalah sesuatu yang paling natural di dunia ini. Tanpa mikir untuk dapat manfaat dari orang ini, tanpa mikir jeleknya dia gimana, tanpa mikir ‘gue dapet apa temenan sama dia?’, dan tanpa maksud meminta lebih kepada orang lain (kalo ini minta ke Allah aja ya…). Dengan begitu kalian akan mendapatkan orang-orang yang memikirkan kebaikan lebih banyak daripada kejahatan.

Dan jika kebetulan di salah satu masa hidup kalian bertemu dengan kekecewaan yang disebabkan oleh orang yang kalian labeli dengan ‘teman’ maka, maafkan, doakan, dan jika keadaan mengharuskan kamu untuk lanjut, tinggalkan. Manusia adalah pendosa, selalu melakukan kesalahan, ukuran besar atau tidaknya kesalahan itu bukan kita yang ukur-ukur, kita cuma bisa memutuskan yang terbaik untuk diri kita sendiri untuk bertahan atau meninggalkan.

Terakhir, untuk teman-teman, sahabat-sahabat, gue gatau kenapa kalian betah deket-deket dan komunikasi sama gue yang begini adanya. Gue mager bikin ucapan terima kasih atau maaf yang bikin eneg, intinya gue selalu doain kalian yang baik-baik. Sekian.