Saturday, March 15, 2025

0

Hold me down


Terakhir di blog ini adalah assesment di akhir tahun 2024. Akhir 2024 seperti ancaman terakhir untuk teriak dalam hati kalau bukan waktunya untuk ngoyo lagi. That is why banyak sekali hal-hal yang digentrakin di awal tahun sampai dapat realisasi kalau grasak grusuk menjelang waktunya itu malahan bikin panik dan putus asa. Tidak seharusnya gerak cepat itu dapet hasil yang cepat dan tepat juga. Di waktu yang sama, kesel banget dengan kata-kata "teratur dan konsisten". Namun apa daya, dua kata itu adalah jawabannya selama ini. Akhirnya, setelah ada keinginan untuk menulis evaluasi di quartal pertama di 2025, marilah refleksi tentang semua yang terjadi beberapa bulan lalu hingga hari ini.

If I was looking back to January 2025, hampir tidak ada keinginan untuk cuap-cuap atau nulis-nulis untuk meregulasi hati dan pikiran karena tertekan dengan berbagai hal yang harus di kejar. Mungkin belum waktunya, I guess? So what I did was focus on writing all the plans. However, detailing your life plans is the most stressful in a way you just want to give up and go back to sleep, forgetting your urge to lived. Mengapa? Karena disitu kita tidak punya hal-hal nyata, cuma angan-angan yang numpuk dan ancang-ancang usaha yang belum kelihatan hilalnya sebelum digerakin untuk ngejalanin tugas demi tugas hingga sampai ke tujuan. 

Selain itu, setiap nulis planning with much much details, the other side of my brain was like: "Enough lah, gak bakal bisa dirimu sampe kesitu, jalanin dulu aja tanpa goal, yang penting jalan." Ohhh those bad side of me... gak gitu caranya mempertanyakan kemampuan diri ini, Giovanny... Sesuatu tanpa goal itu malah bikin gak maju-maju, seperti meloloskan diri dapat hasil yang kurang karena faktor lain, padahal kalau jujur pada diri sendiri usahanya aja yang kurang. Makanya taruh exact things like numbers and date in every list and that's a must!

Stres di bulan Januari sampai Februari awal adalah tahap yang berat banget wallahi... at the end cuma bisa panik, nangis, gak nafsu makan, balik lagi anxiety up up up. Tapi ada aja kekuatan yang memaksa lanjut terus mumpung external distraction masih kecil-kecilan. Ditambah libur panjang saat itu sangat amat membantu gak direcokin kerjaan even still direcokin dikit-dikit.

Di pertengahan Februari, udah bisa mulai sedikit kurangin laju karena lebih aware sama diri sendiri kalau hal-hal yang harus dilakukan pada akhirnya bisa dikontrol kalau memang itu hajat kita (realisasi yang sudah disadari sejak dahulu kala tapi kadang-kadang keseringan lupa). Sedangkan yang bukan hajat kita, let Allah do His part. Bener-bener tenang di saat-saat itu. Semua kelihatan terang benderang karena finally, I know that part of myself will sticks with me for a long time which have been more insightful ketika ada di pertarungan ini.

Masih di pertengahan Februari itu, every songs, movies, or even reassurance from loved ones was just like a beautiful ringing to myself,. Pikiran negatif untuk menyanggah setiap nasihat yang diterima gak ada lagi, malah nasihat-nasihat itu yang bikin jadi penenang. Kebahagiaan orang-orang kesayangan juga bikin tambah-tambah menjadi faktor yang menambah keinginan lanjut berjuang. Lanjutlah diri ini siap mengusahakan semuanya kembali.

Nah, di masa tenang dan istirahat ini ternyata merupakan masa yang paling rentan dibandingkan masa juang lainnya. Apa yang udah dikerjakan sambil lari-larian sebelumnya berubah haluan menjadi jalan di tempat dengan dalih you deserve a rest from all this. Bahkan ada pemikiran dari diri sendiri kalau stuck itu wajar dan lanjut nanti-nanti aja karena toh aku juga occupied with other plans. Tapi the wiser me menyanggah itu semua dalam hati: "Ohhh bukan begitu caranya manusia..." Istirahat setelah lari-larian itu wajib biar kamu safe from falling, biar kamu gak terus-terusan merasa dikejar, biar kamu bisa menyerap makna apa yang bisa bikin kamu kuat lari-larian lagi. Pada saat udah mulai sadar untuk jalan lagi dan mengusahakan lagi, disitu juga agak-agak takut sama diri sendiri yang menunjukkan tanda-tanda kepribadian yang kadang termotivasi banget dan kadang loyo banget. Khusus untuk yang satu ini bahaya kalau dengan self-diagnose, akan lebih baik berobat sepertinya. Sumpah, visit psikolog kenapa wacana terus wahai diri?

Anyway, apa mau dikata, capek lari-larian, diri ini merasa perlu istirahat banyak karena menganggap tidak cukup kuat untuk ngos-ngosan kembali dalam waktu dekat. Akhirnya, yang tadinya cuma mau istirahat 1 minggu, jadi 2 minggu-ish karena alasan: "Lah wong aku ngerjain yang lain juga kok." Kalau udah sok-sok an begitu, serius, kesel banget ketemu bagian dari diri yang seperti ini. Pengen rasanya jitak terus seret ke jalan aja kalau bisa. But on other side, someone said do not being hard to yourself. Halah, ini otak plin-plan banget. Sebenernya kamu itu punya self-awareness atau tidak sih, Giovanny? 

At the end, karena terlalu lelah melawan diri sendiri di saat harus mengandalkan diri ini untuk lanjut, disitulah memutuskan untuk menggunakan bala bantuan eksternal. I am reaching out for help. I said that I don’t think I can meet the goal. How can I continue? Segala macam racauan dari omelan, lontaran kata-kata "terserah elu" yang amat sangat tidak di suka, sampai akhirnya dapat afirmasi positif dan motivasi, somehow make this self get back on the track

Tekanan eksternal dan tekanan deadline memanglah hal yang bisa membuat lanjut lari lagi. Tapi, ini adalah faktor ketika I did that "starting point" meaning that before this blockness, there are efforts which need to be continued. Aku sudah lari di awal dan ngos-ngosan, aku istirahat karena capek, nah pas lelah itu aku ngoyo, dan kengoyoan disitu yang bikin diri ini stuck untuk lanjut. Intinya, dukungan eksternal itu akan pleased to reach you once you are in the intermission. In the early phase, only YOU who can make it through dan bobok temboknya.

Setelah tekanan eksternal dan deadline, another crisis has arisen. Udah usaha macem-macem tapi ada aja rasanya yang menghalangi untuk sampai goal. In my case, masalah-masalah mulai bermunculan karena ada aja occassion segala macem yang bikin usahamu dinomorduakan. Kamusku, jangan sampai salah prioritas, jalani yang emang udah diusahakan berdasarkan rencana, dan kalau yang lain urgent dan tidak dapat terelakkan, make another plan to finish the urgent one first while continuing the effort. Wahhh bingung kan? Masa-masa kepala mau pecah, lagi-lagi males makan dan kamu akan merasa kalah ketika kamu jatuh sakit. That's what I experienced, mau segala sakit di hari-hari menuju deadline dan permintaan kerjaan semakin aneh-aneh, belum lagi masalah rumah ada aja gebrakannya dan ketika semuanya terasa kepepet, disitulah pertolongan Tuhan dan orang-orang kesayangan hadir. 

Balik lagi, apa yang memang sudah direncanakan dengan baik dan udah usaha itu gak selalu harus sesuai dengan kehendakku sebagai manusia. Rencanaku tidak ada apa-apanya dimata Tuhan. Tuhan benar-benar merancang segala hal yang baik untuk hambanya dan disitu sampai terheran-heran dengan hal-hal yang diluar kontrol diri ini. Hal-hal yang tidak sesuai dengan hajat kita, dibuat tepat dengan timing-nya Allah. Mana bisa aku lawan, yang bisa malahan bersyukur karena rencana-rencanaku di review sama Allah dan dibuat lebih baik lagi.

Dengan adanya revisi rencana yang diluar kontrol sebagai manusia, hal yang bisa dilakukan adalah menentukan skala prioritas. Diri kita gak bisa lanjut kalau badan gak sehat. Jadi usaha pertama adalah untuk mencegah dan mengobati sakitnya. Kencangkan doa, sampai-sampai ada di mana tetapin diri untuk nazar karena akupun bilang ke Allah lagi usaha begini bukan untuk diri ini aja tapi janji bakalan manfaat juga buat orang lain. Kalau lelah fisik, langsung gak skip dan benerin makan serta gejos dengan vitamin 2x lipat. Kalau capek hati, aku reach out ke sahabat dengan chat 1-2 jam sambil ngobrol untuk getting away sejenak. Sekalian terima kasih bagi siapapun sahabat yang ketika aku bilang udah lama banget gak ngobrol atau ketemu dan mereka langsung tahu kalau aku lagi gak kenapa-kenapa. Mereka langsung cas cis cus sharing their daily life with me karena timbal balik mendengarkan adalah anugerah dalam setiap interaksi manusia. Sangat amat berterima kasih untuk hubungan dua arah dari sahabat-sahabatku ini.

Sekarang, hurdle pertama sudah berhasil dilompati dan sampai di langkah yang lebih maju. Saat dapat hasil pertama, senengnya bukan main, langsung info ke orang-orang yang tahu segelintir rencanaku dan doakan segala kelancaran hajat ini. Kemudian lanjutlah hurdle kedua paralel dengan menunggu hasil sambil harap-harap cemas. Di tengah-tengah menunggu hasil dan tawakal, mari lanjut planning for all the possibilities. Tidak lupa juga rewarding myself once in a while.

Lastly, after two and a half months of hard work, I am writing this so I can let go of the feelings I have gone through. From the start until the rewards days ago, I am embracing all the moments and grateful to myself who is competing relentlessly with herself until now and knowing that she is loved at least by a few people around her. One thing I am not shy to ask people as if anyone reading this, is please pray for me, I could use some prayers in this current phase of my life. Thank you.


Related Posts:

0 comments:

Post a Comment